Powered By Blogger

Minggu, 18 Desember 2011

ISPA


                                                                                                                        
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)


 
1.  PENAHULUAN
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan sering menempati angka pertama kesakitan balita. Penanganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan kematian.
2.  DEFINISI
Pengertian ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas dengan perhatian khusus pada radang paru (pnemonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan. Klasifikasi penyakit ISPA terdiri dari :
a.     Bukan pnemonia   : mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam.  Contohnya adalah, comman cold, faringitis, tonsilitis, dan otitis.
b.     Pnemonia              : didasarkan adanya batuk dan kesukaran bernafas. Diagnosis gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi nafas cepat pada anak berusia 2 bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali per menit.
1.1.   Gambar pnemonia
c.     Pnemonia berat     : didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah kearah  dalam (cest indrawing) pada anak berusia 2 bulan sampai <5 tahun, untuk anak berusia <2 bulan, diagnosis pnemonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kearah dalam (severe chest indrawing).
3.   ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari :
Bakteri    : Diplococcus pnemoniae, pnemoucoccus, streptococcus pyogenes,  staphyloccus aureus, haemophilus influenzae, dan lain-lain.
Virus       : influenza, adenovirus, setomegalovirus.
Jamur      : Aspergilus sp., candida albicans, hotoplasma, dan lain-lain.
Aspirasi   : maknan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (mainan plastik kecil, biji-bijian dan lain-lain).
4.  GEJALA DAN TANDA
Tata laksana pasien batuk dan / kesukaran bernafas pada balita.
a.     Pemeriksaan
·        Tanyakan :
-        Berapa umur anak ?
-        Apakah anak batuk ? jam berapa ?
-        Apakah anak dapat minum ?
-        Apakah anak demam?
-        Apakah anak kejang ?
·        Lihat dan dengarkan : (anak harus tenang)
-        Apakah ada tarikan dinding kedalam ?
-        Apakah terdengat stridor? (suara menarik nafas)
-        Adakah terdengar whezing? (suara mengelarkan nafas)
-        Lihat, apakah kesadaran anak menurun?
-        Periksa, apakah nafas anak cepat?
-        Raaba, apakah ada demam?
-        Apakah ada tanda-tanda gizi buruk? (kurus kering)
b.     Klasifikasikan
Nafas cepat bila anak usia :
-        <2 bulan                                       : 60 kali permanit atau lebih
-        2 bulan sampai <1 tahun   : 50 kali per menit atau lebih
-        1 tahun sampai 5 tahun      : 40 kali per menit atau lebih
Penentuan adanya tanda bahaya bila terdapat satu atau lebih gejala dibawah ini berarti ada tanda bahaya !
-        Tidak bisa minum
-        Kejang
-        Kesadaran menurun
-        Stridor
-        Gizi buruk
-        Demam atau dingin (khusus untuk bayi berusia <2 bulan)
Klasifikasi penyakit
-        Tanpa nafas cepat                : bukan pneminia
-        Dengan nafas cepat saja       : pnemonia
-        Ada tanda bahaya                : pneonia berat
5.   PENATALAKSANAAN
a.     Bukan pnemonia : dirawat dirumah
b.     Pnemonia             : diberi nasihat tentang perawatan dirumah
c.     Pnemonia berat    : di rujuk ke rumah sakit


Jumat, 09 Desember 2011

AIDS


AIDS
1.      PENDAHULUAN
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Penyakit ini telah menjadi maslah internasional karena dalam waktu yang relatif singkat terjadi peningkatan jumlah pasien dan semakin melanda banyak negara. Sampai saat ini masih belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif efektiv untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan dunia.
Sejarah tentang AIDS/HIV dimulai ketika tahun 1979 di Amerika Serikat ditemukan seorang gay muda dengan pneumocytis carinii dan dua orang muda dengan sarcoma kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang gay muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 1980 WHO mengadakan pertemuan yang pertama tentang AIDS . penelitian mengenai AIDS telah dilaksanakan secara intensif, dan informasi mengenai AIDS sudah menyebar dan bertambah dengan cepat. Selain berdampak negatif pada bidang lainnya seperti ekonomi, politik, etika, dan moral.
2.      EPIDEEMIOLOGI
            UNAIDS memperkirakan pada tahun 1993 jumlah peenderita HIV disunia sebanyak 12 juta orang dan pada akhir tahun 2000 sebanyak 20 juta orang. Prevelensi AIDS pada tahun 1993 sebesar 900.000, sedangkan pada akhir tahun 2000 sebesar 2 juta. Pada tahun 2001 isidensi infeksi HIV baru pada anak sebanyak 800.000dengan 580.000 kematian akibat HIV/AIDS. Dari 800.000 anak, 65.000 kasus dipeerkirakan terjadi di Asia Tenggara.
            Di Indonesia, HIV pertama kali dilaporkan di Bali pada bulan April 1987 (terjadi pada orang Belanda). Pada tahun 1999 di Indonesia terdapat 635 kasus HIV dan 183 kasus-kasus AIDS. Mulai tahun 2000-2005 terjadi peningkatan kasus HIV/ AIDS secara signifikan di Indonesia. Kasus AIDS tahun 2000 tercatat 255 orang,meningkat menjadi 316 orang pada tahun 2003, dan meningkat cepat menjadi 2638 orang pada tahun 2005. Dari jumlah tersebut, DKI Jakarta memiliki konstribusi memiliki konstribusi terbesar, diikuti Jatim, Papua, Jabar, dan Bali. Peningkatan ini terutama disebabkan karena semakin membaiknya pencatatan dan pelaporan kasus dan semakin bertambahnya sarana pelayanan diagnostik kasus klinik voluntary counseling and testing (VCT).
             Gambar 1.1. statistik HIV
Dibanding dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara, angka kasus HIV/AIDS di Indonesia termasuk rendah. Alasan yang paling mungkin adalah akibat kelemahan dalam sistem pencatatan dan pelaporan, terbatasnya peralatan laboratorium penunjang, dan rendahnya kemampuan diagnosis.
3.      ETIOLOGI
Pada tahun 1983, ilmWAN Perancis Montagnier (Instite Pasteur, Paris) mengisolasi virus dan pasien dengan gejala Limfadenopati dan menemukan virus HIV, sehingga virus ini dinamakan Lymphadenopathy associated virus (LAV). Pada tahun 1984 Gallo (National Institute of Health, USA) menemukan virus human T lymphotropic virus (HTLV-III) yang juga menyebabkan AIDS.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan beberapa tipe HIV, yaitu HIV-1 yang sering menyerang manusia, dan HIV-2 yang ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV termasuk subfamili lentrivinae dari famili Ritrovidae.

Gambar 1.2. virus HIV

Asam nukleat dari famili retrovirus adalah RNA yang mampu membentuk DNA dari RNA. Enzim transkriptase reversi menggunakan RNA virus sebagai cetakan untuk membentuk DNA. DNA  ini bergabung dengan kromosom induk (sel limfositt T4  dan sel makrofag) yang berfungsi sebagai pengganda virus HIV. Secara sederhana sel HIV terdiri dari :
a.         Inti RNA dan enzim transkriptase reversi (polimerase), protease, dan integrase.
b.        Kapsid – antigen p24
c.         Sampul (antigen p17) dan tonjolan glikoprotein (gp120 dan gp41)

4.        PATOGENESIS
HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120 sehingga akan terjadi fusi membran HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV dan RNA HIV melalui enzim polimerase. Enzim integrasi kemudian akan membantu DNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk.
DNA virus yang dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk, akan membentuk RNA dengan fasilitas sel induk, sedangkan RNA dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim protease menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengambil selubung dari bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada sistem imun (immunosupresi) ini akan menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T.
5.        PENULARAN
Penyakit ini menular melalui berbagai macam cara diantaranya adalah :
I.          Cairan
a.       Darah
b.      Cairan genetalia
c.       ASI
d.      Saliva
e.       Air mata
f.        Urin (sangat rendah)
II.       Ibu hamil
a.       Intrauterin
b.      Intrapartum
c.       Postpartum (ASI)
III.     Jarum suntik
IV.     Tranfusi darah
V.        Hubungan seksual
6.        GEJAA KLINIS
a.       Masa inkubasi 6-5 bulan
b.      Window period selama 6-8 minggu
c.       Gejala klinis muncul dengan secra tidak khas meliputi :
-         Diare kronis
-         Kandidias mulut yang luas
-         Pneumocytis carinii
-         Pneumona interstisialis limfotik
-         Ensefalopati kronik
Ada beberapa tanda dan gejala menurut WHO anatara lain :
a.       Kehilangan bberat badan (BB) >10%
b.      Diare kronik >1 bulan
c.       Demam >1 bulan
Sedangkan tanda minornya adalah :
a.       Batuk menetap 1 bulan
b.      Dermatis pruritis (gatal)
c.       Herpes zoster berulang
d.      Kandidias orofaring
e.       Herpes simplek yang meluas dan berat
f.        Limfadenopati yang meluas
Tanda lainnya :
a.       Sarkoma kaposi yang meluas
b.      Meningitis kriptokokal
7.        PEMERIKSAAN (METODE PENUNJANG DIAGNOSIS)
a.       ELISA (Enzyme- Linked ImmunoSorbent Assay)
b.      WESTERN BLOT
c.       PCR (Polymerase Chean Reaction)
8.        PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN
Pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi :
a.       pengobatan suportif
b.      penanggulangan penyakit oportunistik
c.       pemberian obat antivirus
d.      penanggulangan dampak psiokososial
pencegahan penyakit HIV/AIDS antara lain :
a.       menghindari hubungan seksual dengan penderita AIDS
b.      mencegah hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan orang yang mempunyai bnayak pasangan
c.       menghindari hubungan seksual dengan pecandu narkotika atau obat suntik
d.      melarang orang-orang yang termasuk beresiko tinggi untuk mendonorkan darahnya
e.       memberikan transfusi darah hanya benar-benar untuk orang yang memerloukan
f.        memastikan sterilisasi alt suntik
obat antivirus HIV/AIDS adalah :
a.       Didanosin (ddl)
Dosis : 2 x 100 mg, setiap 12 jam (BB <60 kg)
            2 x 125 mg, setiap 12 jam (BB >60kg)
b.      Zidovudin (ZDV)
Dosis : 500-600 mg/ hari, pemberian setiap 4 jam sebanayak 100 mg, pada saat penderita tidak tidur.
c.       ;lamivudin (3TC)
d.      Stavudin (d4T)
Obat ARV (antivirus) masih merupakan terapi pilihankarena
a.       Obat ini bisa memperlambat progresivitas penyakit dan dapat memperpanjangday atahan tubuh
b.      Obatt ini aman, murah dan mudah. Amgka transmisi dapat diturunkan  sampai mendekati nol melalui identifikasi dini ibu hamil dengan HIV positif dan pengelolaan klinis yang agresif.
c.       Hasil penelitian dalam hal upaya pencegahan dengan imunisasi belum memuaskan. Peneitian tersebut dilakukan di Uganda dengan menggunakan vaksin HIV yang disebut ALVAC-HIV  dan vektor canarypox recombinant untuk mewakili selubung dan gen inti HIV-1 sebagai upaya untuk merangsang sel pertahanan tubuh.
d.      Bebrapa ahli mengusulkan penelitian tentang bagaimana agar CD4 tiruan diserang oleh virus, sehingga CD4 alami tetap normal. Bagian yang diserang adalah bagian dari limfosit yang menunjukkan seberapa besar fungsi pertahanan tubuh manusia. Jumlah CD4 yang rendah menunjukkan pertahanan tubuh yang lemah dan mudah terkena infeksi virus, bakteri, dan jamur.
Terdapat alasan alamiah mengapa vaksinisasi perlu dikembangkan, antara lain :
a.       Studi primata nonmanusia tentang vaksin menunjukkan adanya perlindungan terhadap infeksi
b.      Vaksin terhadap retrovirus lainnya berhasil dikembangkan.
c.       Hampir semua manusia membentuk respons imun terhadap HIV.